Rabu, 22 Januari 2014

Model Pembelajaran Auditory, Intellectually dan Repetition (AIR)


Auditory Intellectually Repetition (AIR) merupakan model pembelajaran yang mirip dengan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI) dan pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK), bedanya hanya pada repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis.
Vera (Juliani, 2012: 8) berpendapat bahwa,
Model pembelajaran AIR diartikan sebagai model pembelajaran yang menekankan tiga aspek, yaitu auditory (belajar dengan mendengar), intellectualy (belajar dengan berfikir), dan repetition (pengulangan) agar belajar menjadi efektif.
1.      Auditory
Auditory berarti belajar dengan melibatkan pendengaran. Belajar auditori adalah belajar dengan berbicara dan mendengar. Belajar auditori merupakan cara belajar yang standar bagi semua orang sejak awal sejarah. pada pembelajaran ini siswa belajar dari suara, dialog, menceritakan kepada orang lain sebuah pengalaman, belajar dan berbicara dengan diri sendiri, mengingat bunyi dan irama, mendengarkan kaset dan dari mengulang apa yang dibaca dalam hati.
Ketika telinga menangkap dan menyimpan informasi, beberapa area penting di otak menjadi aktif. Guru dapat merancang pembelajaran matematika yang menarik saluran auditori dengan melakukan tindakan seperti mengajak siswa membicarakan materi apa yang sedang dipelajari, dan siswa diminta untuk mengungkapkan pendapat atas informasi yang telah didengarkan dari penjelasan guru.
Merancang pembelajaran yang menarik pada pembelajaran auditori carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka bicarakan, pelajari, baca keras-keras dan ajak berbicara saat mereka memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, menguasai keterampilan dan lain-lain.
2.      Intellectualy
Intellectualy berarti menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman, menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Belajar intelektual adalah bagian untuk merenung, menciptakan, memecahkan masalah dan membangun makna. Aspek intelektual dalam belajar aka terlatih jika guru mengajak siswa terlibat dalam aktivitas seperti:
1.    memecahkan masalah;
2.    menganalisis masalah;
3.    mengerjakan perencanaan strategis;
4.    melahirkan gagasan kreatif;
5.    mencari dan menyaring informasi;
6.    merumuskan pertanyaan;
7.    menerapkan gagasan baru pada pekerjaan;
8.    meramalkan implikasi suatu gagasan.
Takari (Juliani, 2012: 4) mengartikan “Belajar dengan intelektual bukan berarti belajar tanpa emosi, rasionalistis, berhubungan dan akademis”. Berfikir pada hakikatnya adalah suatu rahmat dan karunia dari Allah.
Sarbana (Juliani, 2012: 4) berpendapat bahwa,
Berfikir adalah proses aktifnya otak melalui indra mata, telinga dan rasa akan diolah didalam otak melalui peristiwa listrik yang akan merangsang sekaligus mengaktifkan sel-sel otak. Selanjutnya masing-masing sel otak akan saling berinteraksi melalui sebuah media yang dinamakan neurotransmitter, semakin banyak hubungan yang terjadi maka fungsi otak akan semakin meningkat yang berarti makin cerdas.
3.      Repetition
Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis. Bila guru menjelaskan suatu unit pelajaran, itu perlu diulang-ulang. Karena ingatan siswa tidak selalu tetap dan mudah lupa, maka perlu dibantu dengan mengulangi pelajaran yang sedang dijelaskan. Pelajaran yang diulang akan memberikan tanggapan yang jelas, dan tidak mudah dilupakan, sehingga dapat digunakan oleh siswa untuk memecahkan masalah. Ulangan dapat diberikan secara teratur, pada waktu-waktu tertentu, atau setelah tiap unit diberikan, maupun secara insidentil jika dianggap perlu (Slameto dalam Panjaitan, 2012: 11). Menurut Suherman (2003) menjelaskan bahwa, “Pengulangan yang akan memberikan dampak positif adalah pengulangan yang tidak membosankan dan disajikan dalam metode yang menarik”.
Menurut Herdian (Panjaitan, 2012: 11) mengemukakan bahwa, Ada beberapa jenis kegiatan yang dilakukan dalam Auditory Intellectually Repetion (AIR) pada matematika, yaitu sebagai berikut.
1)   Membentuk pembelajaran kelompok dan diskusi
Pada kegiatan ini siswa dapat saling menukar informasi yang didapatnya dan siswa dapat mengeluarkan ide mereka secara verbal atau guru mengajak siswa membicarakan tentang apa yang dipelajari, diantaranya menterjemahkan pengalaman mereka dengan suara, mengajak mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, dan sebagainya sehingga mereka akan melahirkan gagasan yang kreatif.
2)   Memecahkan masalah
Pada kegiatan ini ada beberapa hal yang dilakukan siswa dalam mengerjakan perencanaan strategis untuk menyelesaikan soal, yaitu mencari dan menyaring informasi, merumuskan pertanyaan, membuat model dan menyelesaikan soal dengan menerapkan seluruh gagasan pada pekerjaan.
3)   Melakukan presentasi
Pada kegiatan ini siswa diminta untuk mempresentasikan hasil pekerjaan yang telah mereka diskusikan tadi. Siswa diharapkan dapat memikirkan bagaimana cara mereka untuk menerapkan informasi dalam presentasi tersebut sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah. Kemudian siswa yang lain menanggapi hasil diskusi kelompok lain sehingga terjadi diskusi antar seluruh siswa dan guru akan membantu jika siswa mengalami kesulitan.
4)   Melakukan repetisi 
Pada kegiatan ini guru melakukan repetisi kepada seluruh siswa tetapi bukan secara berkelompok melainkan secara individu. Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis.
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun yang menjadi kelebihan dari model pembelajaran AIR adalah sebagai berikut.
a.    Melatih pendengaran dan keberanian siswa untuk mengungkapkan pendapat (Auditory).
b.    Melatih siswa untuk memecahkan masalah secara kreatif (Intellectually).
c.    Melatih siswa untuk mengingat kembali tentang materi yang telah dipelajari (Repetition).
d.   Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif.
Sedangkan yang menjadi kelemahan dari model pembelajaran AIR adalah dalam model pembelajaran AIR terdapat tiga aspek yang harus diintegrasikan yakni Auditory, Intellectually, Repetition sehingga secara sekilas pembelajaran ini membutuhkan waktu yang lama. Tetapi, hal ini dapat diminimalisir dengan cara pembentukan kelompok pada aspek Auditory dan Intellectually.

10 komentar:

  1. boleh minta judul bukunya gak tentang model AIR??? lagi butuh untuk skripsi makasih bantuannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. ia aku juga butuh ni buku tentang penerapan model air untuk skripsi aku.share dong judul bkunya

      Hapus
  2. mba minta daftar pustakanya dong

    BalasHapus
  3. Salam kenal mbak.. terima kasih untuk ilmunya tentang model AIR. kalau boleh tau, model AIR ini referensinya ada di buku apa aja ya mbak? Boleh share? Ke email aulyalala@gmail.com terima kasih :)

    BalasHapus
  4. info dong tentang judul bukunya ... bantuannya di butuhkan y

    BalasHapus
  5. boleh minta daftar pustaknya?? buat skripsi mentok niih bab 2 duuhh,, mohon bantuannya. terimakasih

    BalasHapus
  6. boleh minta daftar pustaknya?? buat skripsi mentok niih bab 2 duuhh,, mohon bantuannya. terimakasih

    BalasHapus
  7. ada yg tau referensi pembelajaran AIR?

    BalasHapus
  8. Untuk buku referensi Model Pembelajaran AIR dapat kontak tokobukubandung ya, kakak
    https://www.facebook.com/TokoBukuBandung/
    Semoga membantu

    BalasHapus